Dituduh Mafia, Pendiri Bosowa Grup Aksa Mahmud Laporkan Pemilik Akun Medsos ke Polda Sulsel Karena Sudah Kelewatan

MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Di sebuah ruangan kantor yang tertata rapi, Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Grup yang telah malang melintang di dunia bisnis, duduk sambil menghela napas panjang.

Hari itu, ia memutuskan untuk mengakhiri kesenyapan di balik tuduhan yang menyeruak tanpa ampun di dunia maya. Pada 26 Oktober 2024, ia melangkah ke Polda Sulawesi Selatan, ditemani oleh kuasa hukumnya, Dr. Basri Oner, mengajukan laporan terhadap sebuah akun WhatsApp bernama “Driver On Line” yang dituduh sebagai sumber dari fitnah yang beredar luas.

Di tangan Basri tergenggam dokumen laporan, tebal dan berisi bukti—cuplikan video, tangkapan layar, dan rekaman jejak digital dari tuduhan yang pertama kali beredar di TikTok dan kemudian meluas ke berbagai grup WhatsApp.

Video itu, menurut Basri, bukan sekadar lelucon atau iseng media sosial. Di dalamnya, ada tuduhan bahwa Aksa Mahmud adalah sosok di balik manuver politik, diduga sebagai “mafia” yang mencampuri pencalonan Munafri Arifuddin.

“Terkait pencemaran nama baik dan fitnah, Pak Aksa dituduh sebagai mafia dalam video tersebut,” ujar Basri, suaranya tegas namun penuh kehati-hatian.

Tuduhan yang dianggap tak berdasar ini, menurut Basri, telah menyentuh hal yang sangat pribadi dan merugikan nama baik Aksa. Basri mengenang bagaimana Aksa, sosok yang biasanya tenang, memutuskan untuk segera bertindak begitu ia menerima video tersebut pada tanggal 23 Oktober 2024.

“Pak Aksa memerintahkan saya untuk melaporkan hal ini ke Polda Sulsel,” tegasnya, memberi sinyal bahwa keputusan ini bukan hanya untuk menjaga nama baik, melainkan juga sebagai respons terhadap upaya menjatuhkan reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Pihak kepolisian, yang diwakili oleh Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto, merespons dengan nada yang sama seriusnya.

Kalau laporan ke SPKT, kemudian nanti di Krimsus, kita lakukan penyelidikan,” ujarnya. Kombes Didik memastikan bahwa setiap laporan yang masuk akan diproses dengan teliti, tanpa terkecuali.

Namun, di balik langkah hukum yang tegas ini, ada keheningan dari Aksa Mahmud—keheningan yang hanya bisa ditembus oleh ketenangan seorang tokoh yang memilih jalan hukum sebagai perlawanan. Di dunia di mana reputasi sering kali rentan terhadap hantaman digital, Aksa memilih untuk menjaga kejujuran dan menuntut keadilan.

Laporan itu, bagi Aksa, bukan hanya tuntutan untuk membersihkan namanya, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa di balik hiruk-pikuk informasi, masih ada mereka yang percaya pada keadilan nyata dan bukan sekadar opini liar yang berhembus di layar-layar digital. (*)

Comment