MENITNEWS.COM, JAKARTA — Fenomena cuaca La Nina, diperkirakan akan terus berlangsung hingga April 2025 mendatang. Hal ini menurut laporan terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta organisasi meteorologi internasional.
La Nina, yang ditandai dengan pendinginan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tropis, memiliki dampak besar pada pola cuaca global.
Di Indonesia, fenomena ini sering kali memicu peningkatan curah hujan yang signifikan, membawa risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Di sisi lain, La Nina juga berdampak pada berbagai sektor penting, termasuk pertanian, kesehatan, dan infrastruktur.
Kepala BMKG Pusat, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D menjelaskan, dampak La Nina menyebabkan curah hujan di atas rata-rata di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di wilayah barat dan tengah. Hujan deras berkepanjangan meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor, khususnya di daerah rawan seperti Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Sektor pertanian menghadapi tantangan besar akibat curah hujan berlebih. Tanaman seperti padi dan jagung rentan terhadap kerusakan akibat genangan air. Produksi pangan lokal dapat terganggu, meningkatkan potensi kenaikan harga bahan pokok,” papar Rita, sapaan akrabnya.
Selain itu, lanjut Rita, La Nina meningkatkan risiko penyebaran penyakit tropis seperti demam berdarah, malaria, dan diare. Sanitasi yang buruk akibat genangan air menjadi salah satu penyebab utama.
“Curah hujan yang tinggi memperburuk kondisi jalan, jembatan, dan bangunan, terutama di wilayah yang kurang memiliki sistem drainase memadai,” paparnya.
Rita menambahkan, la nina dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, dan puting beliung. Ia juga mengingatkan potensi banjir lahar hujan, terutama di area gunung berapi yang baru mengalami erupsi.
Berdasarkan analisis BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yakni 1.000-5.000 mm per tahun. Sekitar 67% wilayah akan mengalami curah hujan tinggi (di atas 2.500 mm per tahun), dan 15% wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal. Hanya 1% wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di bawah normal.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif La Nina, antara lain melalui BMKG secara rutin merilis informasi cuaca terkini agar masyarakat dapat bersiap menghadapi potensi bencana.
Pemerintah daerah diminta memastikan drainase berfungsi dengan baik untuk mengurangi risiko banjir. Kampanye kesadaran tentang mitigasi risiko bencana dilakukan, khususnya di daerah rawan.
Tips Mitigasi untuk Masyarakat
Siapkan Logistik Darurat. Pastikan persediaan makanan, air bersih, dan kebutuhan medis selalu tersedia. Pantau Informasi Cuaca. Selalu periksa update dari BMKG melalui aplikasi atau media sosial.
Cegah Penyakit. Jaga kebersihan lingkungan dan hindari genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
BMKG memperkirakan bahwa La Nina akan melemah secara bertahap pada April 2025, dan kembali ke kondisi normal pada kuartal kedua tahun depan.
“Meski demikian, kami imbau masyarakat untuk tetap waspada hingga fenomena ini benar-benar berakhir,” pesan Rita.
Dengan langkah mitigasi yang tepat dan koordinasi antarlembaga, dampak buruk La Nina diharapkan dapat diminimalkan. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan keselamatan dan ketahanan dalam menghadapi cuaca ekstrem. (gan)
Comment