MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Rumah di Jalan Sunu 3, Blok N5, Kecamatan Tallo, Makassar, yang diduga menjadi lokasi awal produksi uang palsu (upal), kini tampak sepi. Lokasi tersebut menjadi tempat pembuatan uang palsu sebelum aktivitas pindah ke Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin.
Rumah tersebut diyakini milik pengusaha ASS, yang disebut sebagai aktor intelektual sekaligus pemodal sindikat produksi dan peredaran uang palsu. Seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya mengaku terakhir kali melihat ASS sekitar satu bulan lalu.
“Ada mi mungkin satu bulan tidak kulihat. Itu napalesangi (membuka) nomor rumahnya (setelah Polisi melakukan penggerebekan),” ujar warga tersebut.
Ia mengaku kaget setelah mengetahui dari berita bahwa ASS diduga terlibat dalam sindikat uang palsu dari konten-konten yang diliatnya viral di media sosial (medsos).
“Di handphone pi (saya lihat beritanya tersebar) baru ditahu. Saya kaget juga,” akunya.
Warga tersebut juga menuturkan bahwa sebelum rumah ASS digerebek polisi, beberapa kios kelontong hingga pedagang kaki lima di sekitar Jalan Sunu, sempat menerima uang palsu.
“Warung-warung lain ji di bagian sana (sambil menunjuk ke arah kiri dari rumah ASS). Ada pernah nadapat, uang Rp100 ribu. Ada itu warung tertutup. Ini juga penjual mie yang di depan rumahnya juga pernah dapat satu kali,” bebernya.
Gunakan Mobil Dinas UIN Alauddin untuk Sebar Uang Palsu
Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim (AI), menggunakan gedung tempatnya bekerja sebagai basis produksi uang palsu. Lebih mengejutkan lagi, ia juga memanfaatkan mobil dinas milik kampus untuk operasional sindikatnya.
Kapolda Sulsel, Irjen Yudhiawan Wibisono, menyebut Andi Ibrahim sebagai otak utama dalam sindikat yang melibatkan 17 tersangka.
“Peran sentralnya ada di saudara AI,” tegas Yudhiawan saat konferensi pers di Polres Gowa, baru-baru ini.
Operasi ini dimulai di Jalan Sunu, Makassar, dengan mesin cetak kecil. Namun, meningkatnya kebutuhan mendorong sindikat untuk mendatangkan mesin yang lebih besar.
Penyelundupan mesin cetak itu dilakukan secara diam-diam. Dengan menggunakan forklift, alat berat itu dimasukkan ke gedung perpustakaan di malam hari.
“Mesin tersebut sangat berat. Bahkan, 25 personel polisi tidak mampu mengangkatnya tanpa bantuan alat,” ungkap AKBP Rheonald T. Simanjuntak, Kapolres Gowa.
Lebih jauh, polisi mengungkap bahwa salah satu kendaraan operasional yang digunakan untuk sindikat ini adalah mobil dinas milik kampus. Mobil Toyota Kijang Innova itu diserahkan langsung oleh Rektor UIN Alauddin, Hamdan Juhannis, kepada pihak kepolisian.
Mobil tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, dari mengangkut mesin cetak, hingga mendukung logistik sindikat upal. (cil)
Comment