MENITNEWS.COM, KAPUAS — Pagi itu di Desa Sungai Sena, Kecamatan Silat Hilir, Kapuas Hulu, keheningan terasa berat. Sebuah peristiwa memilukan telah terjadi.
AM, pemuda berusia 23 tahun, menjadi pusat perhatian bukan karena prestasi, tetapi karena tindakan yang mengguncang nalar. Secara biadab, dia tega membunuh ibu kandungnya sendiri, SK, dengan sebuah kapak.
Rumah kayu sederhana yang biasa menjadi tempat berlindung, kini berubah menjadi saksi bisu tragedi keji yang menyayat hati. Dilaporkan, AM kesal karena permintaannya untuk dibelikan sepeda motor baru, ditolak oleh sang ibu.
Tak hanya itu, penolakan ibunya untuk menikahkannya semakin menyulut amarah yang membara di dadanya.
Menurut AKP Dony, Kasi Humas Polres Kapuas Hulu, AM memulai aksinya dengan menyerang bagian belakang tubuh ibunya menggunakan bagian belakang kapak.
“Pelaku memukulkan bagian belakang kampak ke leher korban sebanyak satu kali,” ujar Dony.
Namun, serangan itu tak berhenti di situ. Rasa sesal sempat menghampiri AM saat melihat ibunya terkulai tak berdaya.
Tapi alih-alih berhenti, rasa takut akan konsekuensi perbuatannya, malah mendorongnya untuk melanjutkan penganiayaan hingga korban tewas. Tubuh ibunya yang tak lagi bernyawa kemudian diseret ke sebuah rumah kosong di belakang kediaman mereka, dalam upaya sia-sia untuk menyembunyikan bukti.
Tragedi ini bukan hanya soal seorang anak yang kehilangan kendali, melainkan potret suram dari hubungan yang retak. Seorang ibu yang selama bertahun-tahun menjadi pelindung dan pengasuh, akhirnya meregang nyawa di tangan anaknya sendiri.
Desa Sungai Sena yang biasanya damai, kini dirundung pilu. Para tetangga yang mengenal keluarga itu, mencoba mencari jawaban di tengah keheningan, namun hanya menemukan kesedihan mendalam.
Peristiwa ini meninggalkan luka yang dalam, tak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat luas. Dalam sekejap, perbedaan generasi, tekanan hidup, dan komunikasi yang terputus mengubah sebuah rumah menjadi panggung tragedi.
Di balik angka-angka statistik kasus kekerasan domestik, ada kisah seperti ini—kisah di mana amarah menjadi hakim, dan kasih yang seharusnya menjadi pelindung justru memudar. Kini, AM harus menghadapi hukuman atas perbuatannya, dan masyarakat di sekitar hanya bisa berduka atas hilangnya seorang ibu yang berharga.
Hidup di desa kecil yang kini penuh bayangan tragedi, Desa Sungai Sena tak lagi sama. Sebuah kisah pilu telah tertulis di tanahnya, menjadi pengingat akan pentingnya cinta, pemahaman, dan kendali diri dalam menjaga harmoni keluarga. (bs)
Comment