MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Sakit kepala merupakan kondisi yang sangat umum, namun bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Penyebabnya bervariasi.
Mulai dari stres, hingga masalah kesehatan yang lebih serius. Sakit kepala sebenarnya tak pandang bulu, bisa menyerang siapa dan kapan saja.
Hal yang perlu digaris bawahi. Sakit kepala yang tak kunjung membaik, tak boleh dianggap remeh.
Pasalnya, hal ini bisa menandai dari kondisi medis yang serius. Dalam kebanyakan kasus, sakit kepala bisa mereda dengan sendirinya.
Singkat kata, tidak memerlukan pemeriksaan dokter. Juga tak mengatasinya lewat obat.
Akan tetapi, apa jadinya bila sakit kepala tak kunjung membaik? Bahkan, setelah mengonsumsi obat-obatan?
Waspadalah! Ini bisa jadi hal lain lagi. Berikut ini enam gejala sakit kepala yang perlu Anda ketahui.
1. Berlangsung Lama
Sakit kepala yang berlangsung dalam jangka waktu lama, seperti lebih dari 15 hari dalam sebulan, bisa menjadi tanda bahaya.
Kondisi ini sering disebut sakit kepala kronis, yang jika dibiarkan tanpa pengobatan dapat berlangsung hingga lebih dari enam bulan.
Jika kamu mengalami nyeri kepala seperti ini, segera periksakan ke dokter agar mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.
2. Nyeri Terus-Menerus
Jika sakit kepala terasa sepanjang waktu tanpa jeda, bahkan hingga 24 jam atau lebih, ini perlu diwaspadai. Kondisi ini bisa bertambah buruk saat Anda melakukan aktivitas tertentu. Seperti batuk, bersin, atau bergerak secara tiba-tiba.
Dalam beberapa kasus, nyerinya bisa sedikit mereda, tetapi jika nyeri kepala terus-menerus berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
3. Sensasi Berdenyut
Sakit kepala yang terasa berdenyut, biasanya ditandai dengan rasa nyeri yang berulang dan terfokus pada satu sisi kepala. Misalnya di bagian kanan atau kiri.
Rasa sakit ini bisa sangat intens hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika Anda mengalami sakit kepala berdenyut yang sulit ditahan atau terus-menerus muncul, kondisi ini bisa menjadi tanda bahaya yang memerlukan penanganan medis.
4. Muncul Mendadak
Sakit kepala yang muncul tiba-tiba, terutama jika Anda berusia di atas 50 tahun, bisa menjadi tanda adanya kondisi serius seperti aneurisma otak. Aneurisma seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, tetapi ketika pembuluh darah otak melebar dan pecah.
Gejala berupa sakit kepala hebat bisa muncul secara mendadak. Kondisi ini termasuk darurat medis yang harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi fatal.
5. Tidak Membaik Meski Dirawat
Jika sakit kepala tidak kunjung reda meskipun Anda sudah mencoba perawatan mandiri, seperti istirahat, minum banyak air putih, kompres hangat, atau mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, Anda perlu berhati-hati.
Sakit kepala yang tak kunjung membai, meskipun sudah mencoba berbagai cara dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Sehingga Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
6. Disertai Gejala Lain
Sakit kepala yang disertai gejala lain, juga perlu diwaspadai. Terutama jika tidak membaik setelah minum obat.
Gejala-gejala tambahan ini bisa meliputi: demam tinggi di atas 40 derajat celcius, leher yang terasa kaku, kesemutan di wajah, gangguan penglihatan seperti mata merah atau buram, mual dan muntah, bicara yang tidak jelas, dan kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Selain itu, gejala seperti kejang, penurunan kesadaran, atau cedera kepala, juga bisa menjadi indikasi serius. Jika sakit kepala terjadi setelah cedera, olahraga berat, atau aktivitas seperti mengangkat beban dan berhubungan seksual, segera cari pertolongan medis.
Penanganan yang cepat dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius.
Sebuah riset yang dipublikasikan oleh jurnal The Journal of Headache and Pain, berhasil mengkaji prevalensi dan penanganan sakit kepala kronis primer di populasi umum, dengan melibatkan 30.000 orang berusia 30-44 tahun.
Melansir Halodoc, hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 persen penderita sakit kepala kronis primer, telah berkonsultasi dengan dokter umum (GP). Sementara 19 persen juga menemui ahli saraf, dan 4 persen dirawat di rumah sakit.
Penggunaan pengobatan alternatif dan komplementer (CAM) cukup tinggi, yaitu 62 persen, dengan fisioterapi, akupunktur, dan chiropraktik menjadi yang paling umum.
Meskipun penggunaan obat penghilang rasa sakit akut sangat sering (87 persen), hanya 3 persen penderita yang menggunakan obat pencegahan.
Penelitian ini menyarankan untuk mengurangi penggunaan berlebihan obat akut dan meningkatkan penggunaan pengobatan pencegahan untuk meningkatkan pengelolaan sakit kepala kronis primer di masa depan. (*)
Comment