MENITNEWS.COM, WASHINGTON DC — Malam itu, langit di atas Sungai Potomac tak hanya gelap, tetapi juga penuh dengan percikan api. Sebuah pesawat penumpang PSA Airlines dan helikopter militer Black Hawk, bertabrakan di udara, membawa serta 64 nyawa ke dalam kegelapan yang membeku.
Di menit-menit pertama setelah kecelakaan, harapan masih berpendar di antara puing-puing yang mengapung di permukaan air. Tim penyelamat berpacu dengan waktu, menantang dinginnya sungai yang membekukan.
Mereka mencoba menemukan keajaiban di tengah reruntuhan besi dan sayap yang patah. Namun, harapan itu perlahan meredup.
“Terlepas dari semua upaya yang telah dilakukan, kami kini berada pada tahap di mana operasi penyelamatan beralih menjadi operasi evakuasi,” ujar John Donnelly, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran & Layanan Medis Darurat Washington DC.
Di bawah cahaya merah-biru dari lampu darurat, satu demi satu jenazah diangkat dari perairan yang dingin. Ada 39 dari pesawat dan 1 dari helikopter tewas. Angka kematian yang terus bertambah. Tetapi, tak lagi memberi ruang bagi optimisme.
Benturan di Ketinggian, Nyawa yang Melayang
Rabu malam yang naas itu, pesawat yang membawa 60 penumpang dan 4 awak tengah dalam perjalanan dari Wichita, Kansas. Sementara itu, helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS, sedang menjalani latihan rutin.
Entah karena kesalahan navigasi, miskomunikasi, atau takdir yang tak bisa dihindari. Keduanya bertemu di tempat yang salah pada waktu yang salah.
Ledakan membelah malam. Sayap pesawat terkoyak. Helikopter kehilangan kendali. Keduanya jatuh, terhisap oleh perairan Potomac yang dingin dan sunyi.
Duka di Antara Puing-Puing
Di pusat kendali Bandara Ronald Reagan, kesunyian menggantung berat. Seorang petugas menatap layar radar yang beberapa jam lalu masih menunjukkan dua titik bergerak.
Kini hanya menyisakan kekosongan dan berita duka. CEO American Airlines pun dibuat bingung. Bagaimana mungkin helikopter militer bisa berada di jalur pesawat komersial? Kok bisa?
Jawaban atas pertanyaan itu, mungkin akan ditemukan dalam kotak hitam yang kini tengah dicari. Atau mungkin tidak sama sekali.
Namun, bagi keluarga korban, tak ada yang lebih penting dari kepastian tentang orang-orang yang mereka cintai. Beberapa menunggu di bandara dengan mata nanar, beberapa lainnya menangis di rumah, menatap layar televisi yang hanya memberi kabar buruk.
Tabrakan ini bukan hanya tragedi biasa. Ini adalah pengingat bahwa di langit yang luas dan tak terbatas, kesalahan sekecil apa pun bisa berujung pada kehilangan yang tak tergantikan.
Operasi penyelamatan telah beralih menjadi evakuasi. Langit di atas Potomac, mungkin akan kembali tenang, tetapi bagi mereka yang kehilangan, langit tak akan pernah terlihat sama lagi. (*)
Comment