MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Mantan Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno, tengah mencari sosok Mariama (32), seorang perempuan yang nekat memanjat tali jangkar kapal demi menjual roti untuk menghidupi lima anaknya.
Aksinya yang terekam dalam sebuah video, menjadi sorotan setelah diunggah di media sosial.
Peristiwa itu terjadi di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Dalam video yang beredar, Mariama terlihat dengan cekatan memanjat tali jangkar kapal yang bersandar di pelabuhan, sambil membawa dagangannya.
Tindakannya ini menunjukkan keberanian serta perjuangan seorang ibu dalam mencari nafkah.
Sandiaga Uno, yang melihat video tersebut, langsung mengunggahnya kembali di akun Instagram pribadinya, @sandiuno.
Ia mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kegigihan Mariama, serta niatnya untuk mencari dan menghubungi perempuan tersebut.
“Social media, please do your magic! Ada yang tahu ke mana saya bisa menghubungi ibu Mariama dan di mana tempat tinggal beliau?” tulis Sandiaga dalam unggahannya.
Sebelumnya diberitakan, Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Mariama (32), menguatkan genggamannya pada seutas tali kapal.
Udara laut yang asin mengelus wajahnya, tapi pikirannya tak terpengaruh oleh angin atau ombak. Ia hanya tahu satu hal, yakni anak-anaknya harus makan.
Sebagai seorang janda dengan lima anak, Mariama tak punya banyak pilihan.
Aksi Mariama sebelumnya terekam video. Dalam video tersebut, ia tampak memanjat tali jangkar kapal di Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, untuk bisa berjualan di atas kapal.
Ia juga tampak tanpa rasa takut sama sekali, memanjat tali dengan cekatan hingga akhirnya mencapai dek kapal.
“Barani tojengi anne baine kodonge (berani sekali itu perempuan kasihan), perempuan panjat tali untuk menjual di atas kapal,” ujar seorang pria yang merekam video tersebut.
Pria dalam video itu terdengar terus mengomentari aksi Mariama. Ia tampak takjub sekaligus khawatir melihat keberanian wanita itu saat memanjat tali yang panjang.
“Bisaji naik itu, bisaji, jemputki anjo. Panjangnya tali ini, dia panjat naik,” lanjut pria tersebut dengan nada heran.
Mariama, seperti banyak penjual asongan lainnya, mengandalkan penumpang kapal sebagai pelanggan utama.
Tiga dari anak-anaknya masih sekolah, sementara dua lainnya telah berhenti. Tak ada suami di sisinya, hanya semangat dan keteguhan hati yang membawanya terus melawan kerasnya kehidupan.
“Anakku ada lima, tiga yang sekolah. Dua tidak sekolah lagi. Saya manjat tali kapal untuk cari uang, jualan. Jual roti,” katanya.
Setiap kali sebuah kapal baru bersandar, Mariama bergegas. Dengan gerakan lincah, ia merayap di tali, membawa dagangannya ke atas dek.
Beberapa kali, ada penumpang yang membantunya mengangkat roti. Terkadang, ia harus menaiki tangga darurat.
“Rotiku ada yang kasih meluncur naik, ada yang kasih naik di tangga kalau di atas. Seringkali ma manjat begitu,” cetusnya.
Ia berjuang mati matian, sadar tak bisa berenang, yang dilakukannya berbahaya. Tak jarang hatinya mencelos membayangkan kemungkinan jatuh ke laut.
Namun, rasa takut tak pernah bisa mengalahkan cintanya kepada anak-anaknya.
“Saya berani, kalau jatuh sudah risikonya pak. Anakku kucarikan uang. Demi anak,” bebernya.
Empat tahun sudah Mariama hidup dari menjual roti di kapal-kapal yang bersandar. Empat tahun ia menjadi ibu sekaligus tulang punggung keluarga.
“Saya menjual begini sudah empat tahun. Umurku sekarang 32, saya sendiri yang hidupi anak. Sudah cerai dengan suami,” katanya tanpa getir.
Setiap hari, dengan cara ini, ia bisa mendapatkan sekitar Rp100 ribu. (*)
Comment