MENITNEWS.COM, VATIKAN — Kabar duka! Dunia kehilangan salah satu tokoh moral paling berpengaruh di era modern.
Yah. Paus Fransiskus, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma sejak 2013, wafat pada Senin, 21 April 2025, dalam usia 88 tahun.
Kabar duka tersebut diumumkan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, dalam pernyataan resmi yang dirilis pagi waktu Vatikan.
“Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya diabdikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya,” ujar Kardinal Farrell.
Sebagai pemimpin spiritual bagi 1,4 miliar Umat Katolik di seluruh dunia, Paus Fransiskus dikenang tak hanya karena reformasi Gereja yang ia dorong.
Tetapi juga karena keberanian moralnya membela kaum tertindas, termasuk suara kerasnya membela rakyat Palestina di tengah konflik berkepanjangan di Gaza.
Suara Kemanusiaan Dari Vatikan Untuk Gaza
Selama 16 bulan terakhir menjelang wafat, Paus Fransiskus menjadi salah satu Pemimpin Dunia yang paling vokal mengecam agresi militer Israel di Jalur Gaza.
Dalam berbagai kesempatan, ia secara konsisten menyerukan gencatan senjata, mendesak dibukanya koridor kemanusiaan, dan menyoroti penderitaan warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan.
“Setiap perang adalah kekalahan. Tidak ada pemenang dalam perang, hanya penderitaan,” ungkapnya dalam salah satu pidato yang menggemakan pesan perdamaian di tengah suara senjata.
Salah satu momen yang paling menggugah adalah ketika Fransiskus mengecam serangan udara Israel ke gereja Ortodoks Porphyrius di Gaza, yang menewaskan setidaknya 18 warga sipil.
Ia menyebut serangan itu bukan lagi bagian dari perang, melainkan bentuk terorisme terhadap umat manusia. Meskipun kesehatannya memburuk dalam beberapa bulan terakhir, Paus tetap menjalin komunikasi harian dengan Holy Family Church, satu-satunya gereja Katolik yang masih berdiri di Gaza.
Lebih dari 500 pengungsi, sebagian besar Muslim dan anak-anak penyandang disabilitas, berlindung di gereja itu dari bombardir udara. Pastor Gabriel Romanelli, pemimpin gereja tersebut, menyampaikan bahwa Paus Fransiskus tetap menelepon mereka setiap malam, bahkan saat dirinya dirawat di rumah sakit.
“Beliau menjadi sumber kekuatan kami—kehadiran spiritual yang luar biasa, bahkan dari kejauhan,” ucapnya.
Jejak Diplomasi Moral Fransiskus Untuk Palestina
Di bawah kepemimpinannya, Vatikan semakin tegas menyuarakan keadilan untuk Palestina. Vatikan telah mengakui Negara Palestina sejak 2013, namun retorika Fransiskus jauh lebih berani dibandingkan para pendahulunya.
Ia tak segan menyebut nama, mengkritik secara langsung, dan mengangkat isu Palestina ke Forum Internasional.
“Fransiskus adalah suara moral penting dunia modern. Ia membawa dimensi iman yang relevan dan menyentuh inti persoalan kemanusiaan,” jelas Dr. Jordan Denari Duffner, Penulis dan Pakar Dialog Katolik-Islam dari Amerika Serikat.
Bahkan, keluarga korban dari Palestina pernah diundang langsung ke Vatikan, dan terkejut dengan luasnya pengetahuan Fransiskus tentang kondisi di lapangan.
“Kami tak menyangka, beliau tahu begitu banyak,” ungkap Shireen Halil, warga Kristen Palestina dari Betlehem.
Kepergian Fransiskus membuka pertanyaan besar tentang arah kepemimpinan baru Vatikan, terutama terkait konflik geopolitik dan peran moral Gereja dalam isu-isu kemanusiaan global.
Meski Vatikan dikenal memiliki kebijakan yang konsisten soal dua negara, gaya Fransiskus yang empatik, lugas, dan tak kompromistis meninggalkan jejak mendalam di panggung diplomasi internasional.
Dengan wafatnya Paus Fransiskus, dunia bukan hanya kehilangan seorang Pemimpin Agama, tetapi juga kehilangan suara hati nurani global yang tak gentar bersuara demi perdamaian dan keadilan, termasuk bagi Palestina. (*)
Comment