Innalillahi! Legenda PSM Makassar Abdi Tunggal Wafat, Selamat Jalan Sang Winger Tangguh

MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Kabar duka. Makassar kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya.

Abdi Tunggal, sosok yang namanya begitu lekat dalam sejarah panjang PSM Makassar, telah tutup usia pagi ini, Rabu, 23 April 2025, setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar.

Abdi meninggal dalam usia 73 tahun, pada hari Rabu, 23 April 2025 Jam 05.53 Wita di RS Bayangkara Makassar. Jenasah disemayamkan di rumah duka Jalan Daeng Tata 1 Blok A4 No. 1 Makassar.

Ia pergi dalam usia 73 tahun, menyisakan jejak panjang dalam lapangan hijau dan ruang-ruang diskusi strategis tim kebanggaan Juku Eja.

Dilahirkan di Makassar, 13 Desember 1952, Abdi bukan sekadar pemain. Ia adalah bagian dari denyut nadi PSM, seorang winger eksplosif era 80-an yang tak pernah menyeberang ke luar Sulawesi Selatan.

Loyalitasnya tercermin jelas, dari Makassar Utama hingga PSM, dari lapangan rumput ke kursi penasihat, dari suara teriakan di pinggir lapangan ke bisikan strategis di ruang pertemuan.

Pada 2009 hingga 2015, ia dipercaya menjadi penasihat teknis PSM. Dalam rentang waktu itu, ia mendampingi enam pelatih kepala dari berbagai latar belakang dan karakter.

Mulai dari Hanafing, Tumpak Sihite, Robert Alberts, Petar Segrt, Jorg Steinburnner, hingga Rudi Keltjes. Tugasnya bukan kecil: memberi masukan dalam perekrutan pemain, skema permainan, dan strategi bertanding.

Namun, seperti pernah ia katakan, “Keputusan akhir tetap milik pelatih kepala. Saya hanya memberi pandangan sebagai orang yang pernah bermain dan masih mencintai PSM.”

Puncak kontribusinya terasa pada musim 2011, kala PSM memilih berjuang di Liga Primer Indonesia. Kala itu, Abdi dipercaya menyusun kerangka skuad.

Timnya menembus posisi dua klasemen sementara sebelum kompetisi terhenti akibat konflik dualisme PSSI.

“Pemain pilihan saya tampil bagus,” ucapnya dalam satu wawancara penuh kebanggaan.

Tapi seperti banyak kisah dalam sepakbola, suka dan duka berjalan beriringan. Ia pernah bersedih kala PSM terpuruk, baik prestasi maupun keuangan. Namun ia bertahan, demi Juku Eja.

Tak hanya di level senior, Abdi pun membina tunas muda PSM. Ia membawa tim junior PSM menjadi runner-up Habibie Cup, dan salah satu anak didiknya yang kemudian bersinar adalah striker andalan PSM, Andi Oddang.

Sahabatnya, Syamsuddin Umar, menggambarkan Abdi sebagai pribadi yang tegas, disiplin, dan memiliki solidaritas tinggi.

“Waktu kami TC di Salatiga, dia selalu membela saya. Bahkan, saat ada pemain dari daerah lain yang mengusik saya, Abdi adalah orang pertama yang berdiri di depan.”

Selamat jalan Bung Abdi Tunggal. (*)

Comment