MENITNEWS.COM, BONE — Di sudut-sudut Kota Bone, nama Arifin selama ini tak banyak dicetak di baliho, apalagi terpampang di undangan resmi. Ia lebih sering muncul di Jalan Raya, memegang alat pangkas, menanam sulaman pohon, atau menyapu sisa angin musim kemarau di bawah terik matahari.
Itu dilakukan sejak pagi hingga siang. Hari-harinya dihabiskan sebagai Petugas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup, tanpa sorot kamera, tanpa mikrofon.
Namun pada Jumat sore, 16 Mei 2025 lalu, segalanya berubah. Di Aula Lateya Riduni, nama Arifin dipanggil bukan untuk mengangkut sampah, melainkan dilantik sebagai Lurah Bukaka, Kecamatan Tanete Riattang.
Dari tangan Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman, ia menerima amanah baru sebagai pemimpin kelurahan, sebuah jabatan yang biasanya diisi lulusan ASN mapan, bukan seorang pengendali dampak lingkungan yang lebih sering memegang cangkul ketimbang pena Birokrasi.
Arifin adalah anomali yang menyentuh. Di tengah praktik mutasi yang kerap dinilai transaksional, promosi ini menyisakan secercah harapan: bahwa kerja nyata, loyalitas, dan ketulusan masih dikenali, dan sesekali diberi panggung.
“Selamat Pak Ipin, selalu berikan yang terbaik dengan penuh keikhlasan,” ucap Dray Vibrianto, Kepala DLH Bone, dalam pesan yang terdengar seperti suara hati banyak Pegawai Lapangan lainnya.
Mutasi perdana Eselon III dan IV ini menjadi momen simbolik bagi Pemkab Bone, seolah hendak memberi pesan bahwa jabatan bukan semata hasil kalkulasi politik, tapi bisa juga tumbuh dari tanah, dari keringat, dari pagi-pagi yang dingin di sepanjang trotoar Kota.
Arifin tidak lahir dari ruang-ruang pendingin keputusan, tapi dari jalanan. Kini, dengan atribut Lurah di tubuhnya, kita akan melihat: apakah jalan tetap ia kenang, atau kursi akan membentuknya jadi orang lain. Selamat bekerja Pak Lurah! (*)
Comment