MENITNEWS.COM, PAPUA TENGAH — Dua anggota separatis kriminal bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), dilaporkan ditembak mati polisi di ruas jalur Trans Papua, Wilayah Distrik Siriwo, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, baru-baru ini.
Keduanya terpantau berboncengan sepeda motor dari Kabupaten Dogiyai menuju Kabupaten Nabire, bertujuan hendak mencari senjata dan amunisi.
Kedua pemberontak itu masing-masing Serma OPM Ham Kancil Dumapa, dan Peltu OPM Amos Dumapa. Keduanya merupakan Staf Operasi Kodap XI/Odiyai-Dogiyai di bawah pimpinan Brigjen OPM Yonatan Pigai, sebagai panglimanya.
Saat melintas di kilometer 100, ciri-ciri kedua kombatan bersenjata itu dikenali anggota Polsek Siriwo. Anggota Polsek berkoordinasi dan langsung melakukan pengejaran, menggunakan tiga unit sepeda motor dan dua unit mobil dinas.
“Kedua anggota kita itu berboncengan sepeda motor dari Dogiyai menuju Nabire. Mereka bermaksud hendak mencari senjata dan amunisi. Mereka tidak membawa senjata dan tidak melakukan perlawanan,” sebut Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, kepada Awak Media dalam pesan singkat, Minggu malam (18/5/2025).
Namun Sebby tidak menjawab pertanyaan secara detail dan rinci, maksud ‘mencari senjata dan amunisi’ itu apakah dalam pengertian membeli, tinggal mengambil dari seseorang, atau merampas dalam rencana aksi kekerasan.
Dia hanya mengatakan, jasad kedua anggota TPNPB-OPM itu sudah diserahkan ke Markas TPNPB-OPM setempat. Sesudahnya, menurut Sambom, pihaknya tengah mengatur siasat untuk segera melakukan pembalasan.
Dalam kesempatan terpisah, Sambom juga mengirim Siaran Pers edisi Sabtu (17/5/2025), yang dishare Minggu (18/5/2025) pukul 13.04 WIT. Rilis itu menggaris bawahi, aparat Polisi melakukan penembakan secara brutal terhadap kedua anggota sayap bersenjata OPM.
“Mereka melakukan penembakan secara brutal dan menculiknya. Lalu memasukkannya dalam mobil. Kemudian mengantar mayatnya ke RSUD Nabire di Siriwini, Papua Tengah,” pengakuan Sambom.
Dia menyatakan, 36 Kodap OPM dan seluruh warga dunia menyampaikan duka nasional atas matinya dua anggotanya itu. Dituturkannya, keduanya aktif selama aksi-aksi berlangsung di Moanemani, ibu kota Dogiyai, Papua Tengah.
Sementara Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2025, Kombes Pol Yusuf Sutejo, S.I.K., M.T., dalam rilis yang dikirim hari yang sama menegaskan, aparat Kepolisian yang memburu kedua pemberontak itu terpaksa bertindak tegas dan terukur.
Itu lantaran kedua pelaku berusaha menyerang menggunakan parang, saat petugas hendak menangkapnya.
Aparat, terang Yusuf Sutejo, sudah memberi sinyal tembakan peringatan. Namun keduanya justru reaktif dengan parang di tangannya secara membabi buta.
Sehingga petugas melumpuhkan, dan keduanya meninggal dunia dalam perjalanan ke RSUD Nabire.
Disebut dalam rilis, hasil pemeriksaan jasad korban oleh tim medis rumah sakit, ditemukan kantong plastik berisi 11 butir amunisi kaliber 5,56 mm.
Barang berbahaya itu ditemukan di salah satu saku celana korban. Selain itu, petugas juga mengamankan dua bilah parang terhunus.
Barang-barang lain yang diamankan, dua unit telepon genggam, sebuah KTP atas nama Ham Dumupa, dua STNK sepeda motor dan 14 buah korek api.
Korban pertama diketahui sebagai Ham Dumupa, lahir di Bekowa, 13 Mei 2000, tinggal di Kampung Pugatadi II, Distrik Kamu Utara. Sedangkan korban kedua, Amoye Pigai, diduga menggunakan nama alias Martinus Pigai.
Keduanya diduga kuat terlibat langsung aksi pembunuhan terhadap korban bernama Josep Agus Lepa, yang tewas di dalam rumah milik dr. Daniel Velumangkun, di Perumahan Pemda Dogiyai pada 6 Mei 2025 lalu.
“Kami mengajak masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh informasi yang belum jelas kebenarannya. Tetap menjaga kondusifitas Kamtibmas bersama-sama,” saran Yusuf Sutejo. (*)
Comment