Kisah Almarhum Jusuf Manggabarani Dianggap Kebal Peluru Saat Duel Dengan Preman Kampung

MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Kisah Almarhum Komjen Pol (Purn) Jusuf Manggabarani, dianggap kebal peluru saat duel dengan preman kampung. Kisah heroik Wakapolri 2010-2011 itu, melegenda di tengah masyarakat Sulawesi Selatan.

Nama Komjen Pol (Purn) Jusuf Manggabarani, tak hanya harum sebagai mantan Wakapolri dan pemimpin satuan elite Brimob.

Di balik deretan pangkat dan jabatan itu, tersimpan kisah heroik yang melegenda di tengah masyarakat Sulawesi Selatan: duel tanpa gentar dengan seorang preman kampung bersenjata api rakitan.

Cerita ini bermula di awal 1990-an, saat Jusuf—saat itu masih berpangkat Komisaris Besar, dimutasi ke Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Daerah itu sedang memanas.

Sukri, nama preman yang disebut-sebut menguasai Kawasan Mangkutana, sudah membuat aparat keamanan lumpuh nyali. Namun Jusuf datang dengan pendekatan berbeda: ia turun langsung.

Tanpa pengawalan resmi, Jusuf mendatangi markas si Sukri. Anak buahnya, yang semula tidak tahu, menyusul dari belakang dan menyaksikan dengan tegang bagaimana komandannya berdiri di depan moncong senjata.

Jusuf membuka kancing bajunya, seolah berkata: “Tembaklah kalau kau berani!”

Sukri pun menarik pelatuk. Tiga kali. Empat kali. Tapi semua timah panas justru rontok di tanah, seolah menolak menyentuh sosok berdiri di depannya.

“Ilmu kebal,” bisik anak buahnya yang menyaksikan dari balik semak.

Namun bagi Jusuf, keberanian adalah soal strategi dan insting. Ia memang memposisikan diri di luar jangkauan efektif tembakan.

“Ah, itu cuma ilmu naksir jarak. Saya tahu kemampuan senjatanya,” ujar Jusuf kemudian, santai, seperti mengulang strategi perang kuno yang hanya dipahami prajurit sejati.

Setelah Sukri kehabisan peluru, Jusuf mendekat dan melepaskan satu tembakan terukur. Bukan untuk menghabisi, tapi melumpuhkan.

“Bawa ke rumah sakit,” katanya pada anak buahnya, memberi pelajaran bahwa keadilan bukan tentang balas dendam.

Peristiwa itu tersebar cepat, dan nama Jusuf Manggabarani pun menjulang. Bukan karena baju Jenderalnya, tapi karena keberanian yang nyata dan akal sehat yang tajam.

Kariernya pun menanjak. Mulai dari Komandan Sat Brimob, Kapolwiltabes Bandung, Kapolda Aceh di masa konflik, Kapolda Sulsel, hingga Wakapolri pada 2010–2011.

Ia wafat di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Selasa, 20 Mei 2025, meninggalkan jejak yang bukan hanya tercatat dalam dokumen institusi, tetapi tertanam dalam ingatan banyak orang sebagai perwira tulen: tangguh, cerdas, dan tak kenal kompromi terhadap kejahatan.

Dari medan Kota Palopo, Sulsel, hingga markas besar Polri, kisah Jusuf Manggabarani akan selalu jadi bagian dari warisan moral Bhayangkara. Selamat jalan Jenderal! (*)

Comment