MENITNEWS.COM, JAKARTA — Selama bertahun-tahun, Kelompok Konglomerat “9 Naga” identik dengan dominasi ekonomi Nasional, membentangkan pengaruh dari sektor properti hingga pertambangan.
Namun, geliat ekonomi daerah kini memunculkan poros baru: “9 Haji” – sembilan taipan yang menguasai sektor strategis di wilayahnya masing-masing. Era 9 Naga pun mulai goyah, sementara 9 Haji mengambil alih sorotan.
Di jantung Kalimantan Selatan, Haji Isam berdiri bak raja batubara dengan Jhonlin Group. Dari seorang sopir truk kayu, ia menjelma penguasa bisnis terintegrasi – tambang batubara, sawit, biodiesel, hingga penerbangan. Rumah megahnya di Batu Licin jadi simbol keberhasilan yang membetot perhatian publik.
Bergerak ke Sulawesi, Hadji Kalla – pilar Kalla Group – memimpin distribusi otomotif di Indonesia Timur, menyatukan nilai-nilai lokal dan bisnis modern. Tak kalah menarik, Haji Aksa Mahmud, yang memulai karier dari pedagang es balok, sukses menjadikan Bosowa Group raksasa semen, infrastruktur, dan otomotif.
Dari Kalimantan Tengah, Haji Rasyid menorehkan kontroversi lewat bisnis sawit yang dituduh merambah kawasan konservasi. Meski demikian, ribuan tenaga kerja lokal bergantung pada gurita bisnisnya. Sosok filantropis ini membangun masjid dan fasilitas publik sebagai bentuk kontribusi sosialnya.
Nama Haji Leman – almarhum Abdussamad Sulaiman HB – masih harum di Kalsel. Hasnur Group, warisan yang ditinggalkannya, membentang dari pertambangan hingga sepak bola. Model bisnis keluarga yang diterapkan membawa ketujuh anaknya menjadi pengusaha tangguh di lini bisnis berbeda.
Tak ketinggalan Haji Ijai, penguasa batubara Tapin yang menghasilkan dua juta ton batubara per bulan. Gaya hidupnya yang mewah, lengkap dengan helipad di rumahnya, menjadi cermin keberhasilan dan kemewahan yang memukau.
Dari Sumatera, Haji Anif – sang pejuang sawit – membuktikan ketangguhan di tengah gejolak ekonomi. ALAM Group miliknya menguasai 30.000 hektare kebun sawit, sekaligus merambah bisnis properti elite di Medan.
Sementara di Timur Indonesia, Haji Robert memimpin PT Nusa Halmahera Minerals, menaklukkan tambang emas Gosowong. Ia menanamkan prinsip pembangunan inklusif, membangun rumah ibadah dan pemberdayaan ekonomi bagi warga lokal.
Terakhir, Haji Ciut, “Crazy Rich” Kalsel yang viral berkat pesta pernikahan anaknya. Koleksi mobil mewah dan rumah helipad hanyalah ujung gunung es dari kerajaan bisnis tambang dan properti yang telah ia bangun.
Para 9 Haji ini bukan hanya sekadar nama besar. Mereka adalah simbol kebangkitan ekonomi daerah yang menantang hegemoni 9 Naga.
Di era globalisasi dan desentralisasi ekonomi, kepemimpinan 9 Haji menjadi penanda bahwa kekuatan regional mampu menggerus dominasi lama – menghadirkan babak baru dalam peta ekonomi nasional. Era 9 Naga, barangkali, benar-benar di ujung tanduk. (*)
Comment