MENITNEWS.COM, PAPUA — Seorang
anak buah Egianus Kogoya OPM, tewas tertembak usai adu peluru di Pegunungan Papua. Jayawijaya belum benar-benar tenang selama sebulan terakhir.
Pegunungan yang memagari kabupaten itu, tempat kabut bergelayut sepanjang pagi dan sore, menjadi saksi bisu serangkaian insiden bersenjata yang menandai pergerakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
Dalam sebulan terakhir, nyawa hilang, denting peluru terdengar, dan satu jenazah jatuh ke jurang—teridentifikasi sebagai anak buah Egianus.
Awal kisah ini bergulir pada 28 Mei 2025 lalu, ketika Bripka Marsidon Debataraja, Anggota Polisi Lalu Lintas, tengah mengantar korban kecelakaan ke RSUD Wamena. Di depan Instalasi Gawat Darurat rumah sakit itu, sebuah tembakan menembus kaca mobil dinasnya dan mengenai dada kirinya.
Pelaku diduga menggunakan senapan laras panjang dari balik pagar rumah sakit. Mobil rusak, peluru ditemukan, dan nama Egianus kembali disebut sebagai dalang kekerasan.
Seminggu kemudian, dua pekerja bangunan, Rahmat Hidayat dan Saepudin, ditembak mati saat sedang bekerja di Kampung Kwantapo, Distrik Asotipo.
Menurut saksi mata, kedua korban sempat melarikan diri, tapi peluru lebih cepat dari langkah mereka. Yang satu tertembak di kepala, peluru menembus mata kirinya. Yang lain terkena tembakan di ketiak kiri hingga lengan. Tubuh mereka tergeletak di tanah, diam di bawah langit yang masih memuat aroma mesiu.
Pada 9 Juni 2025 malam, giliran suara tembakan menggema di Wilayah Pugima, Distrik Walelagama. Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz sedang berpatroli ketika mendengar letusan dari sisi kiri depan kendaraan mereka.
Serangan balasan dilakukan. Dalam kegelapan, peluru membelah sunyi malam. Di antara 15 orang yang diduga Anggota Kelompok Bersenjata itu, satu tubuh ambruk ke dalam jurang.
Ia mati ditembus beberapa peluru—dua di punggung, satu di paha, satu lagi menembus telapak tangan. Pakaian dan wajahnya dikenali dari dokumentasi visual lama yang menampakkan dirinya bersama Egianus.
Jenazah itu kini terbujur kaku di RSUD Wamena. Identitasnya belum dipastikan, tapi aparat yakin ia bagian dari jaringan Kogoya.
Dari tubuhnya ditemukan radio komunikasi HT, ponsel Vivo, dan sebungkus ganja kering. Di tas hitamnya tersimpan serpihan kehidupan gerilyawan: jam tangan, charger, korek api, pecahan cermin, permen, kalung manik-manik warna kuning-biru, dan hampir seratus butir peluru senapan angin.
Bahkan obat-obatan sederhana pun ikut disita—tetracycline, paracetamol, asam mefenamat.
Menurut Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, insiden itu bermula dari pengejaran aparat terhadap kelompoknya di bawah Jembatan Wesaput, sejak pagi hari. Menjelang malam, kelompok OPM disebut menyerang dua mobil Brimob yang terparkir di wilayah Pugima.
“Kami serang dua mobil Brimob itu… Tapi suasana terlalu gelap. Kami mundur tanpa membakar kendaraan,” ujar Sambom.
Ia belum memastikan ada atau tidaknya korban, namun tak membantah adanya kontak senjata. (*)
Comment