MENITNEWS.COM, NUNUKAN — Ia dikenal sebagai algojo yang tanpa ampun memburu sindikat Narkoba. Namun kemarin sore, drama kelam itu justru menimpa dirinya sendiri.
Iptu Sony Dwi Hermawan, Kepala Satuan Narkoba Polres Nunukan, tak berkutik saat borgol dingin Mabes Polri mengunci pergelangan tangannya. Penangkapan itu terjadi dalam sebuah operasi senyap yang mengguncang denyut nadi perbatasan, tepatnya di Aji Kuning, Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.
Penangkapan Sony bukan sekadar kabar biasa; ini adalah guncangan dahsyat bagi institusi kepolisian lokal. Perwira muda yang kerap memimpin serbuan ke sarang-sarang sabu di garis batas Malaysia–Indonesia, kini justru dicurigai sebagai bagian integral dari “jejaring gelap” yang selama ini ia kejar.
Bersamanya, enam anggota Polisi lainnya ikut digelandang—lima dari Satuan Reserse Narkoba Polres Nunukan, dan dua dari Polsek Sebatik Timur. Skandal ini membongkar pertanyaan mengerikan: siapa yang sebenarnya menjaga gawang perbatasan?
Operasi Senyap dan Tatapan Jenderal Bintang Dua
Mabes Polri memilih bungkam soal detail penangkapan ini. Tak ada rilis resmi, tak ada kronologi yang terperinci. Namun satu fakta tak terbantahkan: operasi ini dipimpin langsung oleh tim elit dari Kasubdit 4 Direktorat Narkoba Mabes Polri, dan lebih mencengangkan, dikawal ketat oleh seorang jenderal bintang dua. Ini bukan penangkapan biasa; ini adalah “operasi rahasia” dengan target kakap.
Sore yang tenang, 9 Juli 2025 lalu, mendadak berubah mencekam di Dermaga Tradisional Haji Putri. Dermaga yang biasanya hiruk-pikuk dengan lalu lintas sembako dan pekerja migran ilegal itu, tiba-tiba dikepung. Warga yang lalu lalang terpaku menyaksikan adegan penangkapan dramatis: seorang pria berpakaian preman diborgol tanpa perlawanan. Detik-detik berikutnya, bisik-bisik berubah menjadi kehebohan: yang tertangkap itu adalah Kasat Narkoba mereka sendiri!
“Saya lihat langsung, Mas. Dia diborgol dan langsung diamankan. Banyak yang bilang dari Mabes,” tutur Amir, salah satu warga yang menjadi saksi mata langsung kejadian mengejutkan tersebut.
Drama tak berhenti di dermaga. Tim Mabes Polri langsung melanjutkan penggeledahan ke rumah pribadi Iptu Sony di Jalan Pembangunan, Nunukan Barat. Sampai berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi apakah ditemukan barang bukti berupa sabu, uang tunai, atau dokumen penting yang dapat membuka tabir jaringan ini.
Institusi Bungkam, Spekulasi Bergulir Panas
Suasana di Polres Nunukan terasa membeku. Kapolres sedang cuti, dan Wakapolres pun belum berani mengeluarkan pernyataan resmi. Kasi Humas Ipda Sunarwan hanya bisa membenarkan penangkapan tersebut tanpa memberikan detail apa pun.
“Kami masih menunggu instruksi Kapolres,” jawabnya singkat, seolah ingin menghindari badai.
Namun, di lorong-lorong institusi, gejolak spekulasi justru semakin memanas. Apakah Iptu Sony hanya ‘dimanfaatkan’ oleh jaringan sabu lintas batas, atau justru ia adalah bagian tak terpisahkan dari sistem distribusi narkotika dari negeri jiran menuju Tanah Merah? Nunukan, dengan posisinya yang strategis, memang dikenal sebagai salah satu titik rawan penyelundupan narkotika dari Tawau, Malaysia.
Kasus Iptu Sony bukan sekadar aib personal. Ia adalah pejabat strategis di garda terdepan perlintasan narkoba internasional. Jika tuduhan ini terbukti, ini adalah pukulan telak yang merobek kepercayaan publik terhadap institusi penegakan hukum. Ironi pahit: ketika sang pemburu justru berubah menjadi pelindung buruan. Pertanyaan besar yang kini menggantung adalah: seberapa dalam akar jaringan ini, dan siapa lagi yang terlibat dalam jubah penegak hukum? (*)
Comment