MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN RI, Dr. Wihaji, S.Ag., M.Pd, melanjutkan komitmennya dalam pencegahan stunting di Indonesia.
Pada hari kedua kunjungan kerjanya di Makassar, Sulawesi Selatan, Wihaji meninjau langsung tiga rumah warga yang masuk kategori berisiko stunting di Kelurahan Panampu, Kecamatan Tallo, memastikan bantuan nutrisi dan jamban sehat tepat sasaran.
Kunjungan lapangan ini dilakukan Wihaji setelah menghadiri Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 di Lapangan Karebosi Makassar pada Senin, 28 Juli 2025. Uniknya, Menteri Wihaji memilih menggunakan sepeda motor Penyuluh KB, didampingi Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Shodiqin, SH., MM, untuk mencapai lokasi.
“Hari ini, rangkaian kegiatan kunjungan saya di Makassar fokus pada Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Kami memastikan bantuan yang diberikan dapat langsung dirasakan dampaknya,” ujar Wihaji. Ia juga mengapresiasi dukungan dari Rumah Zakat, Rotary, dan Yayasan Kita Bisa sebagai ‘orang tua asuh’ yang turut serta dalam program ini.
Bantuan Prioritas: Nutrisi, Jamban Sehat, Hingga Potensi Renovasi Rumah
Tiga keluarga menjadi fokus utama kunjungan Menteri Wihaji:
* Ibu Bungalia: Menerima bantuan nutrisi bergizi karena keluarganya tergolong berisiko stunting.
* Ibu Musdalifah: Diberikan jamban sehat untuk meningkatkan sanitasi keluarga.
* Ibu Kasma: Kondisi rumahnya yang memprihatinkan tanpa kamar mandi dan jamban sehat menarik perhatian Wihaji. Selain bantuan jamban, Wihaji juga berkomitmen untuk mengupayakan renovasi rumah agar lebih layak huni.
Wihaji mengakui masih banyak warga dengan kondisi serupa. “Pemerintah hadir, namun keterbatasan membuat kami butuh dukungan kolaborasi. Melalui gerakan orang tua asuh cegah stunting, kami dapat menyentuh mereka yang membutuhkan,” tegasnya.
Program Jangka Panjang dan Tantangan Regulasi
Menteri Wihaji menjelaskan, program bantuan gizi akan berlangsung selama lima bulan hingga Desember 2025, menyasar sekitar 200 orang dengan total nilai bantuan mencapai Rp800 juta.
“Tiga keluarga yang saya kunjungi hari ini termasuk penerima manfaat bantuan gizi dari Rumah Zakat, serta jamban dari Yayasan Kita Bisa dan Rotary,” tuturnya.
Terkait potensi bantuan tambahan, Wihaji menjelaskan adanya batasan regulasi. Bantuan pemerintah tidak dapat disalurkan langsung ke lahan yang bukan milik pribadi.
“Jika tanahnya milik desa, pemerintah tidak bisa membantu langsung karena terbentur aturan sertifikat. Di sinilah peran ‘orang tua asuh’ menjadi krusial,” jelasnya.
Kolaborasi Kunci Penanganan Stunting
Wihaji kembali menekankan bahwa penanganan stunting adalah kerja kolaboratif. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri.
“Tugas kami adalah berikhtiar dan memastikan kehadiran pemerintah di tengah masyarakat, menyelesaikan masalah pelan-pelan tapi terlihat dampaknya,” pungkasnya. (del)
Comment