MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Malam itu, Jumat (29/8/2025), grup WhatsApp Media DPRD Makassar mendadak hening.
Sebuah pesan suara masuk, singkat namun membuat dada semua yang mendengarnya sesak.
“Astagfirullah Al Azim, tidak bisama bernapas kasian,” suara itu lirih, terengah, seakan datang dari lorong sempit yang dipenuhi asap pekat.
Pesan itu dikirim pukul 22.03 Wita oleh Muhammad Akbar Basri, fotografer Humas DPRD Makassar yang akrab disapa Abay.
Dua menit berselang, tepat pukul 22.05 Wita, Abay masih sempat mengetik pesan terakhirnya. “Nd bsa kak. Kalau kluar selesaikah,” tulisnya.
Kalimat itu terasa seperti doa, sekaligus isyarat bahwa ia tengah menyadari dirinya terjebak dalam maut.
Setelah itu, tak ada lagi tanda kehidupan. Grup WhatsApp yang biasanya riuh dengan koordinasi liputan berubah sunyi.
Beberapa jam kemudian, kabar duka itu pecah, Abay ditemukan tak bernyawa di lantai 3 Gedung DPRD Makassar yang habis dilalap api.
Menolong Orang Lain, Lupa Diri Sendiri
Saksi mata yang berhasil selamat menyebut, Abay adalah orang yang paling sibuk membantu rekan-rekannya ke luar dari kepungan api.
Ia memastikan orang lain aman lebih dulu, sementara dirinya tertinggal.
Abay dikenal bukan sekadar fotografer. Bagi banyak orang di DPRD, ia adalah sahabat. Wajah ramahnya nyaris selalu ada di setiap agenda wakil rakyat.
Senyum tipisnya sering kali jadi penghapus penat bagi mereka yang bekerja hingga larut malam.
Abay masih terhitung baru di DPRD Makassar. Meski begitu ada banyak kesan mendalam yang ditinggalkan.
Abay adalah contoh pegawai yang mampu menjalankan tugas dengan dedikasi.
Ia adalah jembatan yang memudahkan komunikasi, memastikan setiap kegiatan terarsip rapi, dan menyebar informasi dengan cepat.
Bagi wartawan yang sehari-hari meliput di DPRD, Abay adalah kawan dekat.
Ia tidak pernah pelit membagikan foto kegiatan atau informasi teknis.
Kalau butuh foto rapat, tinggal WA Abay. Selalu ada, tidak pernah keberatan,” kenang seorang jurnalis senior.
Sikapnya sederhana. Jarang marah, tidak banyak menuntut, selalu memberi lebih dari yang diminta. Itulah yang membuatnya begitu dicintai banyak kalangan.
Duka yang Menggema
Kabar wafatnya Abay membuat suasana DPRD Makassar berbalut duka mendalam.
Di ruang-ruang yang biasanya penuh lalu-lalang, kini hanya terdengar bisik-bisik kehilangan.
Beberapa anggota dewan bahkan mengaku sulit percaya Abay sudah tiada.
Di rumah duka, suasana pilu tak terbendung. Sanak saudara, kerabat, dan sahabat berdatangan memberi penghormatan terakhir. Ibunda Abay terlihat tegar, namun matanya tak henti basah.
Kini, nama Abay mungkin hanya tinggal kenangan.
Namun setiap foto yang pernah ia ambil, setiap senyum yang pernah ia bagikan, akan terus hidup dalam ingatan orang-orang yang mencintainya.
Abay pergi di usia yang relatif muda, namun meninggalkan jejak yang dalam. Jejak seorang pekerja sederhana, yang dalam detik terakhirnya mengajarkan arti pengorbanan. Selamat jalan Abay! (*)
Comment