MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Makassar, telah mencatat sembilan titik rawan banjir di Kota Daeng. Kondisi ini terutama disebabkan oleh penumpukan sampah di drainase yang menghambat aliran air secara signifikan.
Pemantauan intensif oleh Satgas Drainase Dinas PU Kota Makassar, mengungkap pemicu utama genangan air. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Satgas Drainase Dinas PU Kota Makassar, Ronny Narra, menjelaskan bahwa sampah plastik dan ranting kayu menjadi biang keladi.
Hambatan ini menyebabkan genangan air parah saat hujan deras melanda wilayah Makassar. Sampah rumah tangga juga turut memperparah kondisi saluran air.
Penyebab Utama Titik Rawan Banjir Makassar: Sampah dan Sedimentasi
Menurut Ronny Narra, pemicu utama Titik Rawan Banjir Makassar adalah drainase yang tertutup oleh sampah. Sampah plastik dan ranting kayu yang menumpuk di saluran air menyebabkan aliran air terhambat, sehingga menimbulkan genangan ketika hujan turun.
“Kondisi ini diperparah dengan adanya sampah rumah tangga yang ikut terbawa,” ungkap Ronny, Kamis (6/11/2025).
Ronny menambahkan, penumpukan sampah ini secara langsung mengurangi kapasitas drainase untuk mengalirkan air hujan. Akibatnya, air meluap ke jalan dan permukiman, menciptakan genangan yang luas dan mengganggu mobilitas warga. Masalah ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kota.
Selain sampah, sedimentasi juga menjadi faktor penting yang berkontribusi pada masalah banjir. Hasil pengerukan sampah di saluran irigasi atau got seringkali kembali masuk ke saluran air atau pembuangan.
Hal ini mempercepat penyempitan dan pendangkalan drainase, mengurangi efektivitasnya dalam menampung dan mengalirkan air.
Kombinasi antara sampah yang menyumbat dan sedimentasi yang mengendap menjadikan drainase tidak berfungsi optimal. Kondisi ini ditemukan di sejumlah jalan utama kota Makassar.
Identifikasi Lokasi Kritis dan Dampak di Berbagai Wilayah
Sembilan titik rawan banjir Makassar tersebut tersebar di beberapa lokasi strategis dan permukiman padat penduduk.
Jalan-jalan utama yang sering mengalami genangan meliputi Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Sultan Hasanuddin, dan juga Jalan Metro Tanjung Bunga. Wilayah-wilayah ini merupakan jalur vital yang terdampak langsung.
Termasuk dalam daftar lokasi rawan banjir adalah kawasan sekitar Kantor Gubernur Sulsel di Jalan Urip Sumoharjo, serta sekitar wilayah perkantoran di bilangan Jalan AP Pettarani dan Jalan Yusuf Daeng Ngawing. Area-area penting ini juga tidak luput dari ancaman genangan air saat curah hujan tinggi.
Tidak hanya jalan utama, beberapa perumahan juga mengalami kendala penyumbatan saluran air menuju tempat pembuangan atau waduk.
Contohnya adalah Perumahan Kodam 3 dan BTN Tirasa di wilayah Sudiang, Makassar. Warga di area ini seringkali harus berhadapan dengan genangan air yang sulit surut.
Kondisi serupa juga terjadi di kawasan Paccera’kkang, dimana hujan deras menyebabkan genangan air yang sulit mengalir ke daerah yang lebih rendah.
Temuan ini menggarisbawahi urgensi penanganan masalah sampah yang belum terkelola dengan baik. Banjir tidak hanya mengganggu aktivitas warga sehari-hari tetapi juga berpotensi merusak infrastruktur kota.
Upaya Pencegahan dan Peran Masyarakat Dalam Mengatasi Banjir
Pemerintah Kota Makassar menyadari bahwa kesiapsiagaan menjadi kunci dalam menghadapi musim hujan. Lokasi-lokasi yang menjadi Titik Rawan Banjir Makassar ini juga turut menjadi perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.
BPBD secara aktif memantau situasi dan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mitigasi bencana. Upaya pencegahan dan penanganan serius sangat diperlukan.
Kepala Dinas PU Makassar, Zuhaelsi Zubir, menyatakan masyarakat di kawasan rawan banjir diimbau untuk senantiasa bergotong royong membersihkan saluran air di lingkungan masing-masing. Kegiatan bersih-bersih ini diharapkan dapat mencegah penumpukan sampah dan memastikan aliran air tetap lancar. Partisipasi aktif warga sangat krusial dalam upaya pencegahan.
”Selain gotong royong, edukasi mengenai pengelolaan sampah yang baik juga perlu terus digalakkan. Membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah ke drainase adalah langkah dasar namun sangat efektif. Kebiasaan baik ini akan berdampak besar pada pengurangan risiko banjir,” papar Zuhaelsi.
Pemerintah kota dan masyarakat perlu bekerja sama secara sinergis untuk mengatasi masalah banjir yang terus berulang. Dengan penanganan drainase yang lebih baik, pengelolaan sampah yang efektif, dan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, dampak titik rawan banjir di Kota Makassar dapat diminimalisir secara signifikan. (*)
Comment