Momen Humanis: Mahasiswa Difabel Menghadirkan Pesan Adab dalam Wisuda INASS

ads
ads

MAKASSAR, MENITNEWS.COM— Institut ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan (INASS) sukses menyelenggarakan Wisuda Program Sarjana Angkatan Ke VI Tahun Akademik 2024/2025. Acara ini sekaligus menjadi momen bersejarah dengan dilakukannya agenda peluncuran (Launching) Institut ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan, (09/11/2025).

INASS kini secara resmi menjadi bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah ‘Aisyiyah setelah dialihkelola dari Institut Parahikma Indonesia.

Prosesi simbolis ini menandai komitmen baru INASS dalam menghadirkan pendidikan Islam yang berkemajuan, unggul, dan berdaya saing global.

Simbol Kemanusiaan: Kisah Inspiratif Wisudawan Difabel

Di tengah khidmatnya prosesi wisuda, terdapat satu momen yang paling menggetarkan hati seluruh hadirin. Seorang wisudawan difabel bernama Fuad, dari Program Studi Pendidikan Agama Islam, memasuki arena wisuda dengan penuh keyakinan menggunakan kursi roda.

Kehadirannya bukan sekadar melengkapi prosesi, tetapi menjadi simbol kuat bahwa pendidikan adalah hak semua jiwa yang memilih datang, belajar, bertahan, dan menyelesaikan perjalanan ilmu.

Dalam setiap putaran roda kursi rodanya, terdapat kesaksian bahwa komitmen menuntut ilmu tidak dapat dibatasi oleh kondisi fisik.

Ketika nama Fuad dipanggil, beberapa teman seangkatan secara spontan membantunya mendorong kursi roda menuju podium utama. Rektor INASS, Nurhayati Azis, SE., M.Si, menyambut Fuad dengan hangat dan penuh penghormatan begitu ia tiba.

Tidak ada kesan formal yang kaku; yang ada adalah sentuhan kasih dan kemanusiaan. Bahkan, Rektor sendiri yang dengan tulus mendorong kursi roda Fuad saat prosesi pemindahan tali toga. Panggung akademik yang biasanya kaku, seketika berubah menjadi panggung kemanusiaan dan kasih sayang.

Seluruh mata hadirin tertuju pada peristiwa itu, menyaksikan bahwa kelulusan ini bukan hanya capaian intelektual, melainkan kemenangan atas keterbatasan.

Disabilitas Bukan Pembatas Ilmu

Momen itu melampaui penerimaan ijazah. Hadirin menyaksikan simbol perjalanan panjang yang penuh tantangan, kegigihan melawan putus asa, dan penerimaan diri.

Fuad telah membuktikan bahwa disabilitas bukan akhir dari kinerja manusia. Ia bukan pembatas ilmu maupun penghalang seseorang untuk menempuh jalan ilmu dan menyelesaikannya dengan terhormat.

Ia telah menunjukkan satu nilai penting yang sering terlupa: daya tahan jauh lebih berharga dibandingkan kecepatan.

Turut menyambut baik peluncuran INASS, Koordinator Kopertais Wilayah VIII, Sulawesi, Maluku dan Papua, Prof. H. Hamdan Juhanis, MA., Ph.D., memberikan sambutan penuh makna. Beliau berpesan, “Jadilah sarjana organik, bukan sarjana omong doang (omdo), no action talk only (nato).

Tapi jadilah omdah (omongannya dahsyat), omongannya ber bisa (bisa apapun).” Beliau juga memotivasi alumni untuk mengajak keluarga mereka masuk dan berkuliah di INASS.

Sementara itu, Ketua Majelis Dikti Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr. Sulistyaningsih, S.Kes., MH. Kes, mengingatkan, “Gelar bukan tanda selesai, tapi tiket untuk masuk medan amal nyata.”

Dengan resminya INASS, beliau berharap para alumni memegang teguh prinsip dari akronim hurufnya:

  • I (Inovatif)
  • N (Nurturing) – Insan yang mampu menumbuhkan spirit.
  • A (Amanah) – Memegang kepercayaan.
  • S (Santun) – Bersikap lembut dalam adab, perkataan, dan sikap.
  • S (Sinergi) – Kolaboratif satu sama lain.

“Jadilah duta nilai INASS sebagai pencerah Islam berkemajuan. Ini hari kelulusan dan juga hari kemenangan keluarga,” tutupnya.

Kegiatan wisuda ditutup dengan ramah tamah yang meriah. Acara diisi dengan penampilan tari 4 etnis, penampilan lagu “Ibu” oleh Nashar (mahasiswa prodi Ekonomi Syari’ah), pemutaran video haru kumpulan foto keluarga wisudawan/wati, video mahasiswa inspiratif, serta lagu kolaborasi dari dosen dan alumni. (*)

Comment