Misteri Evolusi Terungkap: Ciuman Ternyata Berusia Puluhan Juta Tahun, Bukan Sekadar Tradisi Budaya

Foto ilustrasi ciuman (Pexels/Daniels Kondrashin)

ads
ads

JAKARTA, MENITNEWS.COM – Perilaku romantis yang kita kenal sebagai ciuman ternyata memiliki akar evolusioner yang jauh lebih tua dari yang diperkirakan. Sebuah studi baru mengindikasikan bahwa kontak mulut ke mulut ini mungkin sudah dilakukan oleh nenek moyang manusia dan beberapa spesies kera besar 21,5 juta hingga 16,9 juta tahun lalu.

Temuan ini menantang pandangan bahwa ciuman hanyalah tradisi budaya manusia, dan justru menunjukkan bahwa ia adalah sifat biologis purba yang diwariskan secara evolusioner.

Menelusuri Jejak Purba Lewat Primata

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Evolution and Human Behavior ini dilakukan karena ciuman tidak meninggalkan jejak fosil. Penulis utama studi, ahli biologi evolusi Matilda Brindle dari Universitas Oxford, dan timnya menganalisis perilaku primata modern yang masih hidup, termasuk simpanse, bonobo, orangutan, dan satu jenis gorila.

Kunci temuan:

  • Primata modern tersebut diketahui melakukan kontak mulut ke mulut secara non-agresif.

  • Dengan memetakan hubungan genetik, para peneliti menyimpulkan bahwa leluhur bersama kelompok ini sangat mungkin juga melakukan kebiasaan mencium.

  • Pemodelan statistik yang dijalankan hingga 10 juta kali mendukung hipotesis bahwa perilaku ini berasal dari masa purba.

Bukan Sekadar Romantisme

Brindle mengakui ciuman adalah “teka-teki evolusioner” karena berpotensi menyebarkan penyakit. Namun, fakta bahwa perilaku serupa ada pada primata memberikan petunjuk kuat bahwa kebiasaan ini bukanlah sekadar tradisi, melainkan bagian dari proses evolusi biologis.

Riset ini juga menyimpulkan bahwa Neanderthal—kerabat manusia purba—kemungkinan besar juga melakukannya. Bahkan, dengan adanya bukti Homo sapiens dan Neanderthal pernah kawin silang, para peneliti menduga kedua spesies ini pernah saling bertukar ciuman.

Multifungsi, Namun Tidak Universal

Meski asal-usulnya terungkap, Brindle menyebutkan bahwa fungsi ciuman masih misterius. Beberapa kemungkinan fungsinya meliputi:

  • Mengenali pasangan potensial (melalui indera penciuman).

  • Mempererat ikatan emosional atau meredakan konflik sosial.

  • Bagian dari perawatan anak.

Meski memiliki akar biologis yang kuat, studi ini juga menekankan bahwa ciuman tidak universal di kalangan manusia. Penelitian sebelumnya menunjukkan hanya 46% budaya di dunia yang mengadopsi ciuman sebagai ekspresi kasih sayang atau romantisme.

“Ciuman adalah kombinasi faktor biologis dan budaya—bukan sepenuhnya naluri, tetapi juga bukan semata tradisi sosial,” kata Justin Garcia dari The Kinsey Institute, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dikutip dari suara.com.

Brindle menutup dengan harapan bahwa penelitian lanjutan akan menjawab pertanyaan terbesar: mengapa kebiasaan purba ini dapat bertahan hingga jutaan tahun lamanya. (*)

Comment