MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Kinerja Kepabeanan dan Cukai di wilayah Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel), menunjukkan performa yang sangat impresif. Hingga 31 Oktober 2025, realisasi penerimaan telah mencapai Rp310,5 Miliar, menyentuh 88,35% dari target yang ditetapkan sebesar Rp351,5 Miliar.
Data ini dirilis oleh Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan, dalam konferensi pers Kinerja APBN Regional di GKN II Makassar, pada Selasa (25/11/2025).
”Realisasi Penerimaan Bea Cukai yang mencapai hampir 90% dari target adalah indikator kuat bahwa aktivitas perdagangan, khususnya impor dan ekspor, di Sulawesi Selatan berjalan optimal dan solid,” ujar Alimuddin Lisaw, Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel.
Rincian Kontribusi Penerimaan:
Penerimaan Bea Cukai ini terbagi atas tiga komponen utama, yang mencerminkan kesehatan arus barang melalui pelabuhan:
Komponen Penerimaan
Realisasi s.d. 31 Okt 2025
Persentase Kontribusi
Bea Masuk
Rp184,8 Miliar
59,5%
Cukai
Rp76,7 Miliar
24,7%
Bea Keluar
Rp49,1 Miliar
15,8%
Total
Rp310,5 Miliar.
Bea Masuk Jadi Juara
Bea Masuk menjadi penyumbang terbesar, mencapai Rp184,8 Miliar (hampir 60% dari total), menunjukkan tingginya volume impor barang yang masuk melalui pelabuhan di Sulsel untuk kebutuhan industri dan konsumsi daerah.
Sementara itu, Bea Keluar sebesar Rp49,1 Miliar mengindikasikan aktivitas ekspor komoditas unggulan daerah terus berjalan.
Dampak Positif Kinerja Fiskal
Kinerja sektor bea cukai yang solid ini menjadi bagian integral dari keseluruhan capaian Pendapatan Negara di Sulsel yang mencapai Rp11,8 Triliun hingga periode yang sama.
Secara keseluruhan, realisasi fiskal yang kuat ini (bersama dengan penerimaan pajak dan PNBP), menjadi modal utama bagi Pemerintah Pusat dalam menggenjot Belanja Negara di daerah, termasuk pembangunan infrastruktur dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mencapai Rp13,79 Triliun.
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Sulawesi Selatan yang mencapai Rp310,5 Miliar (88,35% dari target) hingga Oktober 2025, ditopang oleh pergerakan komoditas strategis di sektor ekspor dan impor. Kinerja fiskal ini menunjukkan Sulsel adalah pintu gerbang utama logistik Kawasan Timur Indonesia.
Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Humas Kanwil DJBC Sulbagsel Cahya Nugraha, memastikan fasilitas kepabeanan dan cukai terus mendukung industri yang berujung pada peningkatan devisa dan penyerapan tenaga kerja.
Bea Masuk (Rp184,8 Miliar): Dipimpin Bahan Baku dan Konsumsi
Penerimaan Bea Masuk (BM) yang menjadi kontributor terbesar penerimaan Bea Cukai Sulsel didorong oleh impor komoditas penting. Berdasarkan data pergerakan barang, komoditas utama yang diimpor melalui pelabuhan Sulsel
Tiongkok, Australia, dan Brazil menjadi negara asal impor utama, menunjukkan pentingnya impor untuk menopang kebutuhan konsumsi dan proses produksi di daerah.
Bea Keluar (Rp49,1 Miliar): Nikel dan Hasil Laut Jadi Andalan Devisa
Bea Keluar (BK) dikenakan atas komoditas ekspor tertentu. Meskipun jumlahnya lebih kecil, penerimaan BK mencerminkan kinerja ekspor produk unggulan Sulsel di pasar global.
Komoditas utama yang menjadi andalan ekspor dan berkontribusi pada Devisa Ekspor Sulsel adalah:
Nikel dan Fero-Nikel
Besi dan Baja
Kakao/Coklat (termasuk produk olahan)
Hasil Laut (Ikan dan Udang)
Komoditas seperti Fero-Nikel dan Hasil Laut menjadi unggulan, didukung oleh fasilitas kepabeanan seperti Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang mendorong pertumbuhan industri pengolahan. Negara tujuan ekspor utama adalah Jepang dan Tiongkok.
Kinerja penerimaan Bea Cukai yang mendekati target ini, menggarisbawahi aktivitas ekonomi regional yang tinggi dan konsisten. Dominasi Bea Masuk menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu terus memacu kemandirian fiskal, sementara kinerja ekspor yang solid dari Nikel dan Kakao memberikan harapan bagi penguatan devisa. (*)
Comment