DPRD Pangkep Apresiasi Pembangunan Balai Diklat Basarnas, Sebut Ini Kepercayaan Pusat

ads
ads

MENITNEWS.COM, PANGKEP — Angin laut di Maccini Baji membawa kabar yang berbeda pagi itu. Bukan tentang cuaca buruk atau kapal nelayan yang telat kembali, melainkan tentang sebuah rencana besar: pembangunan Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Basarnas berskala regional di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).

Di Gedung DPRD Pangkep, kabar itu disambut hangat—bahkan hangat sekali, seperti sesuatu yang sudah lama ditunggu.

Abdul Rauf, Anggota DPRD Kabupaten Pangkep, berbicara dengan nada yang tidak menutupi kebanggaannya. Di balik ucapannya, tercium aroma optimisme yang menguar hingga ke lorong-lorong Kantor Dewan.

“Ini bentuk kepercayaan Pemerintah Pusat kepada Pemkab Pangkep,” ujarnya, dan seketika terasa bagaimana kata kepercayaan itu memantul di ruang rapat, menandai sebuah momentum.

Rauf tidak sedang berlebihan. Balai Diklat itu rencananya akan melayani Wilayah Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Artinya, bukan hanya gedung pelatihan yang akan berdiri—tetapi denyut ekonomi baru, warung-warung yang hidup, rumah singgah yang ramai, dan jalanan desa yang mulai terasa sibuk oleh keluar-masuknya peserta pelatihan.

Dari Ruang Rapat DPRD Pangkep, bayangan itu seolah sudah terlihat jelas: pembangunan bukan hanya tentang bangunan, melainkan tentang kehidupan yang mengikutinya.

Di Pelabuhan Maccini Baji, sebuah Kapal Basarnas yang baru ditempatkan menjadi simbol lain dari keseriusan ini. Besi lambungnya memantulkan cahaya matahari pagi, seolah mengafirmasi kata-kata Rauf bahwa penempatannya sangat strategis.

Kabupaten Pangkep adalah daerah kepulauan; jarak bisa menjadi maut bila musibah laut datang tiba-tiba. Dengan kapal itu, Basarnas seperti memperpendek jarak antara bencana dan penyelamatan.

“Musibah laut sering menimpa masyarakat kita,” ucap Rauf.

Suaranya terdengar seperti pengalaman panjang yang sedang diulang kembali—kisah perahu terbalik, nelayan hilang, atau kecelakaan yang hanya bisa ditangani terlambat. Karena itu, Balai Diklat dan kapal penyelamat bukan sekadar proyek, tapi kehadiran nyata yang bisa menenangkan hati masyarakat pesisir.

Rencana pembangunan ini telah melalui rangkaian pertemuan dengan Basarnas Sulsel hingga Deputi Sarana dan Prasarana Basarnas RI di Jakarta, sebuah proses yang mencerminkan keseriusan dan arah yang jelas. Kini, masyarakat menunggu satu hal: realisasi.

Abdul Rauf berharap kegiatan fisik segera dimulai. Dari ruang DPRD hingga pelabuhan, harapan itu bergema serempak. Pangkep sedang menantikan era baru—di mana kesiapsiagaan bukan lagi wacana dan ekonomi pesisir punya napas tambahan.

Pada hari rencana itu berubah menjadi konstruksi pertama, barangkali bau semen dan suara mesin justru akan menjadi tanda bahwa masa depan sedang dikerjakan, sedikit demi sedikit. (*)

Comment