Peringatan! Makassar Darurat Sampah: 1.000 Ton per Hari, TPA Antang Menggunung

ads
ads

MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, kini memfokuskan upaya pada pengurangan sampah, menyusul kondisi yang semakin memprihatinkan.

Volume sampah yang terus meningkat, mencapai hampir seribu ton per hari, telah menyebabkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menggunung hingga setinggi 16–17 meter tanpa proses pemilahan sejak awal.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin mengatakan, persoalan sampah bukan lagi masalah biasa, melainkan pekerjaan ekstra keras yang membutuhkan keterlibatan semua pihak.

“Setiap hari, hampir seribu ton sampah diproduksi di Makassar. TPA kita sudah menggunung hingga 17 meter tanpa proses pemilahan sejak awal. Ini beban besar bagi kota,” ungkap Munafri, saat melaunching Festival Daur Bumi yang digelas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar, pada Jumat, 12 Desember 2025.

Munafri menyampaikan kebiasaan masyarakat yang mengeluhkan kondisi lingkungan, namun tidak ingin mengambil tindakan nyata di lingkungannya.

“Sering kita terlalu gampang bicara soal sampah, tapi untuk membuang pada tempatnya saja masih berat. Apalagi memilah,” jelas Munafri.

Karenanya, Ia menekankan pentingnya keselarasan antara ucapan dan tindakan dalam menjaga lingkungan. Menurutnya, solusi pengelolaan sampah sebenarnya sederhana: cukup dua tempat sampah organik dan non-organik namun implementasinya masih minim.

Munafri juga menyampaikan visinya menjadikan Makassar sebagai kota yang bebas dari masalah sampah pada tahun 2029, dimana gerakan kolektif yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah, dari beban menjadi potensi.

“Kita ingin menjadikan sampah sebagai teman, sebagai sumber penghasilan, dan sebagai gerakan nyata. Tapi ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah kota. Harus ada kolaborasi besar,” katanya.

Munafri juga melihat pentingnya peran komunitas dan generasi muda. Ia menyebut nama-nama seperti Pak Sulaiman dan Mahamud sebagai contoh pejuang lingkungan yang konsisten.

“Saya ingin anak-anak muda menjadi pahlawan lingkungan. Mereka harus berani turun tangan, bukan hanya bicara,” ujarnya.

Ia juga menyinggung pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini. “Anak-anak sekolah dasar harus diajarkan rasa kebaikan, bagaimana menyelamatkan dan memelihara lingkungan. Satu anak, satu tempat sampah. Itu program yang harus kita jalankan,” tegas Munafri.

Munafri juga menyinggung inisiatif ekonomi sirkular yang mulai tumbuh di Makassar, seperti BUPI (Bank Sampah Unit Produksi Inovatif) yang mampu mengelola 30–40 ulasan sampah per hari dan memberikan insentif langsung kepada masyarakat.

“Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi juga soal ekonomi. Sampah bisa jadi penghasilan,” katanya.

Ia pun berharap agar momentum ini tidak berhenti di seremoni. Ia berharap gerakan ini menjadi awal dari perubahan besar.

“Saya yakin, jika kita serius, tahun depan kita bisa menutup lebih dari 50 persen titik rawan sampah. Hadiahnya besar: lingkungan yang sehat, ekonomi yang tumbuh, dan masyarakat yang sejahtera,” pungkasnya. (*)

Comment