Kaitan Frekuensi Ejakulasi dan Risiko Kanker Prostat: Apa Kata Ahli?

Ilustrasi Prostat (Foto: Google)

ads
ads

JAKARTA, MENITNEWS.COM – Diskusi mengenai kesehatan reproduksi pria sering kali berpusat pada seberapa sering ejakulasi sebaiknya dilakukan. Selain untuk menjaga kualitas sperma, frekuensi ejakulasi ternyata berkaitan erat dengan risiko peradangan hingga kanker prostat.

Sejumlah pakar menegaskan bahwa meski tidak ada aturan medis yang kaku, mengeluarkan sperma secara rutin memiliki manfaat kesehatan yang nyata.

Risiko Sperma “Kedaluwarsa”

Dokter Spesialis Andrologi dari Eka Hospital Family PIK, dr. Christian Christoper Sunnu, menjelaskan bahwa tubuh pria memproduksi rata-rata 8 juta sperma setiap hari. Sperma tersebut disimpan di dalam epididimis yang memiliki kapasitas penyimpanan terbatas.

“Sperma dihasilkan di buah zakar dan disimpan di epididimis yang bisa menyimpan maksimal sekitar dua minggu. Kalau tidak dikeluarkan, bisa menumpuk dan berbahaya,” ujar dr. Sunnu dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta Pusat.

Jika sperma tersimpan terlalu lama melampaui masa simpannya, kualitasnya akan menurun atau menjadi “kedaluwarsa”. Kondisi ini dapat memicu pembentukan radikal bebas yang menyebabkan peradangan kronis dan berpotensi memicu pembesaran prostat.

Frekuensi Ideal untuk Kesehatan

Berapa kali sebaiknya pria berejakulasi? Berikut adalah beberapa temuan dan saran medis yang dirangkum:

  • Rekomendasi Ahli: dr. Sunnu menilai rentang satu hingga dua minggu sekali sudah cukup untuk membantu menjaga kesehatan prostat dan memastikan sperma tetap berkualitas.

  • Risiko Kanker Prostat: Melansir dari WebMD, pria yang ejakulasi setidaknya 21 kali dalam sebulan memiliki peluang 20 persen lebih rendah terkena kanker prostat dibandingkan mereka yang jarang melakukannya.

  • Peringatan Ejakulasi Berlebih: Di sisi lain, ejakulasi setiap hari juga tidak disarankan karena dianggap tidak ideal untuk kualitas sperma dan dapat menurunkan sensitivitas penis.

Pengaruh Gaya Hidup dan Faktor Usia

Selain frekuensi ejakulasi, gaya hidup menjadi faktor penentu kesehatan prostat. Pria berusia 40 hingga 50 tahun dengan gaya hidup sedentari (kurang gerak) atau pekerja kantoran yang terlalu lama duduk memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan prostat.

“Pembesaran prostat sering terjadi di usia 40-50an karena kurang gerak. Lemak tubuh tinggi, sementara massa otot rendah. Padahal proses ejakulasi membutuhkan kerja otot,” tambah dr. Sunnu.

Ia juga mencatat bahwa mekanisme alami tubuh, seperti mimpi basah, akan berkurang drastis seiring bertambahnya usia, sehingga pria dewasa perlu lebih memperhatikan pola aktivitas seksual atau pengeluaran sperma secara mandiri.

Perbedaan Hubungan Seksual dan Masturbasi

Hingga kini, para peneliti masih mendalami apakah manfaat ejakulasi dari hubungan seksual sama dengan masturbasi. Penelitian awal menunjukkan bahwa air mani hasil hubungan seksual memiliki komposisi kimia dan kadar sperma yang lebih tinggi, yang mungkin memiliki pengaruh berbeda terhadap proteksi kanker prostat.

Sebagai tanda waspada, kanker prostat sendiri sering kali ditandai dengan ejakulasi yang terasa nyeri, jumlah air mani yang sedikit, atau adanya darah pada sperma. Jika gejala ini muncul, segera lakukan konsultasi dengan tenaga medis profesional. (*)

Comment