MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Di panggung megah Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024, riuh musik elektronik berbaur dengan hiruk pikuk penonton yang membanjiri JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Namun, di balik gemerlap lampu dan dentuman bass, terselip kisah suram yang mencoreng nama institusi kepolisian.
Sosok AKP Yudhy Triananta Syaeful Mamma, perwira muda asal Makassar, yang dulunya bersinar sebagai pejuang narkoba, kini harus menerima pil pahit. Ia, bersama 33 rekannya, terjerat kasus dugaan pemerasan terhadap warga negara Malaysia yang hadir di konser tersebut.
Dalam operasi bernama “Operasi Bersinar DWP,” kepercayaan publik direnggut, dan harga dirinya sebagai penegak hukum terkoyak. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2013 ini, sebelumnya menjabat sebagai Panit 1 Unit 3 Subdit 3 Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya.
Nama Yudhy tak asing di lingkup pemberantasan narkoba, khususnya di Polrestabes Surabaya, dimana ia pernah memimpin pengungkapan kasus besar.
Namun, bintang karier redup saat Yudhy terlibat dalam pusaran pemerasan. DWP 2024 menjadi arena terakhirnya sebagai polisi.
Di tengah dentuman musik, kabarnya operasi tersebut tidak sekadar menargetkan pelaku narkoba, tetapi juga menjadi ajang eksploitasi dengan dalih “restorative justice.”
Korban mayoritas warga Malaysia, diminta membayar hingga Rp200 juta untuk kebebasan mereka.
Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, Karo Penmas Divisi Humas Polri, mengonfirmasi bahwa AKP Yudhy dijatuhi hukuman Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). Sidang kode etik yang berlangsung hingga dini hari, menyebut keterlibatan Yudhy sebagai salah satu aktor kunci.
Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Muhammad Choirul Anam, mengungkapkan bahwa sidang etik melibatkan belasan saksi.
“Dari keterangan para saksi, terungkap alur perencanaan, pelaksanaan, hingga pasca-kejadian yang menjadi bukti kuat,” ujarnya.
Dugaan pemerasan ini tak hanya mencoreng nama Yudhy. Sebanyak 34 anggota dari berbagai level, dimutasi ke Yanma Polda Metro Jaya, termasuk Direktur Reserse Narkoba, Kombes Donald Parlaungan Simanjuntak.
Total hasil pemerasan mencapai Rp2,5 miliar. Irjen Karyoto, Kapolda Metro Jaya, mengambil langkah tegas dengan menginstruksikan mutasi besar-besaran. Sidang etik menjadi panggung evaluasi, sementara publik terus menuntut transparansi dan keadilan.
DWP 2024 tak hanya meninggalkan kenangan bagi para penonton, tetapi juga jejak kelam bagi institusi kepolisian. Kisah AKP Yudhy Triananta, menjadi pengingat bahwa integritas adalah pondasi, sementara ambisi yang mengorbankan nilai hanya akan membawa kehancuran.
Saat gemerlap konser memudar, yang tersisa adalah pelajaran pahit: tanggung jawab tak bisa dibeli, dan kepercayaan publik adalah aset yang paling berharga. (bs)
Comment