Wow! Sosok Syahruna, Operator Mesin Uang Palsu Bisa Cetak Rp50 Triliun Hanya Dalam Tiga Hari

ads
ads

MENITNEWS.COM, MAKASSAR — Sosok Syahruna memiliki peran sentral dalam kasus uang palsu ini.

Ia merupakan operator mesin cetak yang memproduksi uang palsu di Perpustakaan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Syahruna sendiri kelahiran Tahun 1973, asal Ujung Pandang Baru, Makassar.

Pria yang kini berusia 52 tahun tersebut menceritakan keahliannya dalam memproduksi uang palsu.

Awalnya Syahruna belajar dari otak kasus ini bernama Annar Salahuddin Sampetoding (ASS).

Keahlian tersebut lalu didalami secara otodidak oleh Syahruna.

“Diajarin sama Bos ASS. Terus disuruh mi belajar sendiri,” akunya.

Bahkan, Syahruna mengaku menyesal ditangkap polisi sebelum mahir betul mengoperasikan mesin pencetak uang palsu.

Padahal menurutnya, ia bisa memproduksi uang palsu hingga Rp 50 triliun, hanya dalam waktu tiga hari.

“Sayangnya, saya belum sempat mahir untuk mempergunakan alat itu,” ujarnya.

“Andaikan itu bisa berjalan (tidak terbongkar, red). Kemungkinan 2-3 hari, bahan uang palsu 40 dus bisa habis (jadi uang palsu sebanyak Rp 50 triliun),” tambahnya.

Syahruna lalu membongkar tahapan produksi uang palsu. Ada 19 tahapan yang harus dilewati agar uang palsu siap untuk diedarkan. Satu saja tahapan tidak lolos, maka uang palsu akan cacat dan terpaksa dibuang.

Syahruna dalam kasus ini berperan sebagai operator mesin pencetak uang. Ia dibantu tersangka lain bernama Ibrahim.

“Pak Ibrahim. Dia koordinator tempat dan situasi,” ujar Syahruna.

Syahruna juga mengaku pabrik uang palsu berada di perpustakaan UIN Makassar.

Tepatnya berada di lantai bawah dekat sudut kamar mandi, yang sengaja disekat untuk menaruh mesin pencetak uang palsu.

“Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup,” timpalnya.

Syahruna menguraikan, produksi uang palsu dimulai dari jam 11.00 menjelang siang hingga 17.00 sore.

Seminggu sebelum terbongkar, pabrik semakin menggenjot produksinya. Bahkan, Syahruna harus lembur hingga pagi.

Para pencetak uang palsu ini diperintahkan agar bekerja sesuai jam kantor.

Mereka takut ketahuan, karena ada sekuriti yang patroli secara rutin.

Ditambah, saat produksi mesin mengeluarkan suara sehingga bisa menimbulkan kecurigaan.

Hanya saja, dirinya sempat mendapatkan orderan uang palsu untuk Pilkada 2024 lalu.

“Ada pesanan, katanya berapa miliar untuk Pilkada. Saya tidak menanggapi begitu serius,” akunya.

Di akhir pengakuannya, Syahruna bersedia bergabung karena dijanjikan mendapatkan bagian uang palsu. (*)

Comment