MENITNEWS.COM, PANGKEP — Kabupaten Pangkep kini punya harapan baru dalam mengelola sampah sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.
Sebuah pabrik pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif, Plant Badriah, berdiri kokoh di Desa Padang Lampe, Kecamatan Ma’rang.
Pabrik ini tidak hanya menjadi solusi atas masalah sampah, tapi juga digadang-gadang sebagai motor baru Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sejak diresmikan pada 1 November 2024 lalu, pabrik ini terus beroperasi tanpa henti.
“Pabrik ini belum pernah berhenti produksi. Hanya saja, memang masih ada beberapa kendala teknis,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pangkep, Akbar Yunus, Kamis (26/6/2025).
Plant Badriah memproses sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. RDF hasil produksi kemudian dikirim ke PT Semen Tonasa, yang menjadi mitra utama sebagai off taker.
Prosesnya dimulai dari pemilahan sampah di area loading dock dengan bantuan conveyor. Logam dan kaca dipisahkan terlebih dahulu. Setelah itu, sampah masuk ke tahap fermentasi alami di 24 bedengan besar, sebelum dihancurkan menjadi RDF siap pakai.
Meski berjalan stabil, pabrik ini belum mencapai kapasitas maksimal. Salah satu kendala utama adalah pasokan sampah yang melebihi kapasitas olah. Akibatnya, terjadi tumpukan sampah yang belum sempat diproses secara optimal.
“Kami masih pakai metode fermentasi dengan bioaktivator karena belum punya mesin pengering otomatis,” jelas Akbar.
Namun, harapan belum pupus. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, berencana memberikan tambahan anggaran di tahun ketiga untuk mendukung peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi.
Masa Depan Ekonomi Hijau Pangkep
Plant Badriah menjadi simbol nyata inovasi daerah. Dengan perhatian serius dari pemerintah lokal, pabrik ini diharapkan mampu menciptakan ekonomi sirkular, menyerap tenaga kerja lokal, dan memperkuat komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
“Kami ingin pabrik ini jadi kebanggaan masyarakat Pangkep. Bukan cuma soal sampah, tapi juga soal kesejahteraan dan masa depan lingkungan,” tutur Akbar.
Dengan pengelolaan yang semakin baik dan dukungan semua pihak, Plant Badriah berpeluang besar menjadi ikon ekonomi hijau di Sulawesi Selatan dan model inspiratif bagi Daerah lain di Indonesia. (*)
Comment